Pernah sakit perut setiap kamu mau sidang skripsi? atau saat kamu cemas akan sesuatu hal yang akan dihadapi misal event pernikahan, wawancara kerja, dan sebagainya. Hal ini sebenarnya kondisi umum ketika kamu mengalami stress, lalu berujung tubuhmu bereaksi entah sakit perut, migrain, bahkan alergi di kulit. Menurut para ahli kesehatan, gangguan psikosomatis merujuk pada kondisi fisik yang dipengaruhi atau dipicu oleh faktor psikologis atau emosional. Ini berarti bahwa stres, kecemasan, atau masalah emosional dapat menyebabkan, dan juga memperburuk gejala fisik.
Kamu mungkin masih ingat kasus Abraham Kevin jebolan Indonesian Idol yang mengalami gejala seperti serangan jantung. Penglihatannya kabur, kaki terasa lemas karena psikosomatis ini. Gejala terus dirasakannya, dirinya ke dokter bahkan ke psikiater. Gangguan psikosomatis menciptakan keterkaitan antara kondisi fisik dan faktor-faktor psikologis atau emosional. Gejala fisik seringkali muncul sebagai respons terhadap stres atau tekanan emosional.Beberapa orang mungkin lebih rentan terhadap gangguan psikosomatis karena faktor predisposisi genetik, sementara yang lain mungkin mengalami gejala setelah menghadapi kejadian traumatis atau stresor emosional. Pengalaman traumatis atau tingkat stres yang tinggi memang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami gangguan psikosomatis, trauma masa kecil, alami konflik interpersonal, atau peristiwa hidup yang sulit dapat memainkan peran penting.
Pada dasarnya manusia memiliki kemampuan atau mekanisme untuk mengelola stressnya, namun terkadang memang sulit dipahami mengapa bisa bermanifestasi terhadap fisik. Para peneliti dari berbagai universitas terkenal di dunia banyak melakukan penelitian tentang hal ini, dan ditemukan bahwa emosi membuat sistem kekebalan tubuh melemah. Kita akan mudah terkena flu, atau infeksi selama masa-masa sulit secara emosional. Tubuh akan merespons cara kita berpikir, merasa, dan bertindak. Ini adalah koneksi dari pikiran dan tubuh. Jadi, kalau kamu sedang stres, cemas, atau kesal, tubuh akan memberi tahu bahwa ada sesuatu yang tidak benar. Ibarat tubuh ini pressure cooker kalau dibiarkan mengeluarkan uapnya maka tubuh bekerja secara efisien. Tapi kalau tidak bisa melepaskan uap, tekanan terus meningkat sampai tutupnya meledak. Seringkali gangguan psikosomatis tidak disebabkan oleh satu faktor tunggal, melainkan oleh kombinasi beberapa faktor, termasuk genetik, lingkungan, dan faktor psikologis.
Untuk perawatan gangguan psikosomatis seringkali melibatkan pendekatan holistik, termasuk terapi psikologis (seperti kognitif perilaku atau terapi bicara), manajemen stres, dan jika diperlukan, perawatan medis untuk mengatasi gejala fisik. Psikolog, psikiater, atau konselor kesehatan mental dapat membantu individu mengatasi faktor-faktor psikologis yang mungkin berkontribusi pada gangguan psikosomatis.
Kamu bisa mengistirahatkan pikiran dari berbagai macam distraksi, ini akan menjadi langkah ampuh pertama yang bisa berdampak positif. Kamu bisa melakukan meditasi dengan dibimbing oleh mentor atau guru yang berpengalaman untuk mendapatkan pengalaman yang menyeluruh. Selain itu menerapkan pola hidup sehat juga menjadi solusi agar tidak terserang psikosomatis. Mulai menjaga pola makan, lebih memilih makanan yang bergizi seimbang, menjaga pola tidur dan tetap melakukan latihan atau olahraga teratur. (AT/2024)