Sektor yang punya potensi besar untuk terus berkembang adalah sektor properti. Bukan sekedar transaksi jual beli, atau sewa menyewa tapi sektor ini juga bicara soal pengembangan, perencanaan, desain, konstruksi, pemeliharaan, hingga pemasarannya. Proyek perumahan baru terus bermunculan milik developer besar maupun kecil, karena kebutuhan rumah masih tinggi di Indonesia.

Selain itu bisnis properti yang berpeluang makin disukai adalah dengan membangun co-living space. Co-living memang mulai berkembang di Indonesia beberapa tahun ini. Konsep hunian ini memang hunian bersama seperti kos-kosan, tetapi dengan kualitas fasilitas yang lebih tinggi dan dengan tarif sewa , dan jauh lebih murah daripada hotel. Para penghuninya juga bisa membentuk komunitas tersendiri.

Co-living space cocok buat kamu yang ingin berbisnis properti dengan target pasar generasi muda, seperti mahasiswa, pekerja profesional, atau digital nomad. Kamu bisa membeli tanah di lokasi yang tepat, lalu membangunnya atau menyewa rumah atau gedung yang luas dan nyaman lalu mengubahnya menjadi co-living space dengan desain interior yang menarik, modern dan kekinian. 

Nantinya bisa disewakan per kamar atau per tempat tidur kepada orang-orang yang tertarik untuk tinggal bersama dengan orang lain. Orang-orang yang serumah ini bisa jadi sudah saling mengenal dan sepakat untuk berbagi, tetapi bisa juga orang-orang asing yang kebetulan sama-sama memerlukan tempat tinggal. Mereka ini tidak hanya berbagi atap, tapi juga membentuk satu komunitas sendiri layaknya sebuah keluarga yang saling membantu dan mendukung. Sehingga diharapkan co-living menghidupkan kembali budaya bertetangga khas Indonesia. Di Indonesia kultur komunal memang masih kuat, kehidupan bertetangga terasa akrab, kebiasaan berkunjung dan mengobrol antar tetangga, berbagi makanan atau saling menitip rumah jika pegi jauh seperti sudah biasa. Gambaran kehidupan bertetangga semacam ini tetap bisa diwujudkan dalam kehidupan co-living space di Indonesia.

Beberapa proyek hunian di luar negeri yakni Hong Kong, seperti ibliotheque, SynBOX, dan Mini Ocean Park Station juga menawarkan konsep co-living. Sama seperti mahasiswa-mahasiswi, satu kamar bisa ditempati dua sampai empat orang dengan tarif sewan sekitar HK$2.800 (sekitar Rp4,9 juta) per bulan. Di Indonesia khususnya di kota besar seperti Jakarta dan Surabaya, rata-rata hunian dengan konsep ini seharga Rp 3-6 Juta / bulan.

Yang membedakan co-living space dengan kos-kosan biasa adalah pengelolaannya yang lebih profesional yang mengutamakan pelayanan dengan aspek komunitas (yogaworkshop, pemutaran film, fitness), punya fasilitas yang lebih lengkap (kolam renang, gymlaundry, taman). Biasanya pihak pengelola hunian co-living juga sering mengadakan acara-acara yang melibatkan komunitas di kota itu.

Buat kamu yang sedang mencari lahan atau bangunan lama yang ingin diubah menjadi co-living space, tak perlu ragu untuk menghubungi Property Consultant Galaxy atau menghubungi kantor Galaxy terdekat. (AT/2024)

Author

Write A Comment