Di tengah aktivitas harian yang padat, rumah seharusnya menjadi tempat bernaung yang memberi rasa tenang dan aman. Namun tanpa disadari, kondisi rumah yang berantakan justru dapat menjadi sumber stres tersendiri. Fenomena ini dikenal dengan istilah visual clutter, kondisi ketika terlalu banyak objek atau barang menumpuk dalam satu ruang. Hal ini menciptakan beban visual yang harus diproses oleh otak secara terus-menerus.

Penelitian dari UCLA menemukan bahwa rumah yang tidak tertata rapi dapat meningkatkan kadar kortisol, hormon stres yang berdampak negatif pada tubuh. Temuan ini bahkan lebih signifikan pada perempuan, yang cenderung lebih sensitif terhadap lingkungan rumah. Efek sampingnya pun tidak ringan yaitu kelelahan mental, gangguan fokus, emosi yang mudah meledak, hingga kualitas tidur yang menurun. Ketika kamar penuh dengan barang yang tidak tertata, otak kesulitan beralih ke mode istirahat. Secara sederhana, ruang yang “berisik secara visual” membuat otak tak pernah benar-benar bisa tenang.

Sayangnya, banyak dari kita menunda untuk membereskan ruang dengan berbagai alasan, belum sempat, bahkan menunggu akhir pekan. Padahal, solusi tidak harus dimulai dengan perubahan besar. Satu langkah kecil pun sudah bisa berdampak besar bagi pikiran, seperti satu meja kerja yang dirapikan. Terlihat kecil namun dampaknya nyata, ruang terasa lebih lega, energi mental lebih terjaga, dan tubuh pun lebih rileks.  Karena pada akhirnya, rumah seharusnya menjadi tempat untuk recharge, bukan sumber kelelahan tambahan. Rumah yang rapi adalah ruang bernapas bagi pikiran dan tempat di mana benar-benar bisa merasa pulang. (Fio/2025)

Write A Comment