Masih ingat istilah doom spending yang ramai di sosmed beberapa waktu lalu? Doom Spending adalah istilah yang merujuk pada perilaku belanja berlebihan yang dilakukan seseorang saat menghadapi situasi ketidakpastian, stres, atau rasa cemas terhadap masa depan. Fenomena ini sering terjadi dalam konteks krisis global, seperti pandemi, resesi ekonomi, atau bencana lainnya. Dalam situasi semacam ini orang cenderung membeli barang secara berlebihan, baik barang yang dibutuhkan maupun tidak.
Mereka membeli barang untuk mengurangi rasa takut atau mengalihkan perhatian dari ketidakpastian. Ketika seseorang merasa tidak memiliki kendali atas situasi, belanja dapat menjadi cara untuk merasa lebih berkuasa atau siap menghadapi skenario terburuk. Membeli barang baru memberikan rasa puas sementara yang dapat membantu mengatasi stres dan kecemasan, meskipun efek ini tidak bertahan lama. Sama seperti makan emosional, doom spending sering menjadi cara untuk melarikan diri dari emosi negatif atau tekanan psikologis.
Lalu bagaimana menghindari doom spending ?
Evaluasi Kebutuhan. Sebelum membeli sesuatu, tanyakan pada diri sendiri: “Apakah barang ini benar-benar dibutuhkan sekarang?” atau “Apakah ini hanya dorongan sesaat?”
Tetapkan Batas Anggaran. Buat anggaran khusus untuk belanja non-esensial dan patuhi batas tersebut agar pengeluaran tetap terkendali.
Alihkan Fokus. Gantikan keinginan belanja dengan kegiatan yang produktif, seperti membaca, memasak, atau olahraga.
Batasi Akses ke Toko Online. Hindari scrolling tanpa tujuan di aplikasi belanja, terutama saat merasa cemas atau stres.
Konsultasi Keuangan dan Psikologis. Jika perilaku ini sulit dikendalikan, pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan ahli keuangan atau psikolog untuk mendapatkan dukungan. Doom spending adalah respons emosional terhadap ketidakpastian yang dapat merugikan jika tidak dikendalikan. Dengan memahami pemicunya dan mengambil langkah-langkah bijaksana, kamu dapat menghindari jebakan ini dan menjaga keuangan serta kesehatan mental tetap stabil. Ingat, ketenangan pikiran tidak selalu bisa dibeli. (AT/2024)