Membeli rumah dengan skema KPR sudah menjadi pilihan umum bagi banyak orang, terutama pembeli rumah pertama. Namun, dibalik kemudahan yang ditawarkan, proses ini sering terasa rumit karena banyak dokumen, persyaratan, hingga perhitungan finansial jangka panjang. Setelah proses yang panjang tidak sedikit dari mereka yang pengajuannya ditolak, tetapi banyak juga yang diterima namun kewalahan di kemudian hari. Untuk menghindari hal tersebut, sebaiknya memahami beberapa kesalahan umum yang sering dilakukan pembeli baru dan bagaimana cara menghindarinya.
1. Tidak memperhitungkan kondisi keuangan secara matang
Salah satu kesalahan terbesar utama adalah fokus pada harga rumah tanpa benar-benar melihat kemampuan finansial diri sendiri. Banyak pembeli terpancing oleh rumah yang tampak ideal dan langsung tertarik untuk mengajukan KPR. Namun, mereka sering lupa menghitung cicilan bulanan, biaya administrasi bank, asuransi, notaris, hingga biaya balik nama. Padahal, idealnya cicilan KPR tidak melebihi 30–35% dari total pendapatan bulanan agar cash flow tetap sehat. Untuk menghindari hal ini, kamu bisa mulai dengan melakukan simulasi KPR dari beberapa bank dan menghitung pengeluaran rutin enam bulan terakhir. Setelah itu, pastikan masih ada ruang aman dalam keuanganmu untuk dana darurat agar cicilan tetap terkendali.
2. Tidak membandingkan penawaran bank
Banyak orang langsung mengambil bank yang direkomendasikan developer karena dianggap paling mudah. Padahal setiap bank menawarkan skema bunga, tenor, promo, dan biaya administrasi yang berbeda. Selisih bunga satu persen saja dapat membuat perbedaan besar terhadap total biaya selama belasan tahun tenor. Hal ini bisa dihindari dengan membandingkan minimal tiga penawaran bank yang berbeda. Perhatikan perbedaan antara bunga fixed, bunga floating, biaya provisi, biaya appraisal, hingga syarat minimal penghasilan.
3. Mengabaikan riwayat kredit (SLIK OJK)
Riwayat kredit atau skor kredit sering menjadi alasan utama penolakan KPR. Banyak pembeli tidak menyadari bahwa keterlambatan pembayaran kartu kredit, cicilan motor, atau pinjaman online dapat membuat catatan kredit kurang baik. Semua data tersebut tercatat di SLIK OJK dan menjadi pertimbangan utama bank. Cara menghindarinya bisa dengan cek riwayat kredit sebelum mengajukan KPR. Pastikan tidak ada tunggakan, tutup kartu kredit yang tidak dipakai, dan lunasi cicilan kecil untuk meningkatkan skor kredit.
4. Hanya fokus pada cicilan tanpa berpikir jangka panjang
Cicilan bulanan yang kecil memang menggoda, tetapi banyak pembeli tidak mempertimbangkan konsekuensi dari tenor yang terlalu panjang. Semakin panjang tenor, semakin besar total bunga yang harus dibayar. Selain itu, suku bunga floating di tahun-tahun berikutnya bisa naik dan membuat cicilan membengkak. Cara menghindarinya dengan memilih tenor yang sesuai kemampuan, tetapi tetap realistis dalam jangka panjang. Jika memungkinkan, pilih tenor lebih pendek atau lakukan percepatan pelunasan ketika kondisi finansial membaik.
5. Mengabaikan legalitas dan kondisi properti
Tidak sedikit pembeli yang fokus pada proses KPR hingga lupa memeriksa rumah yang ingin dibeli. Mulai dari sertifikat yang belum jelas, rumah yang tidak layak KPR, hingga lokasi rawan banjir. Hal-hal ini dapat membuat proses pengajuan terhambat bahkan ditolak. Cara menghindari situasi ini pastikan seluruh dokumen legal lengkap seperti SHM atau HGB, PBG/IMB, serta status sertifikat jelas. Lakukan pengecekan kondisi rumah secara fisik, termasuk lingkungan sekitar, akses jalan, dan fasilitas pendukung.
Pengajuan KPR tidak akan terasa rumit jika pembeli memahami prosesnya dan menghindari kesalahan umum di atas. Persiapan yang matang akan memperbesar peluang persetujuan dan membantu pembeli mengelola cicilan dengan lebih bijak. Untuk memastikan proses pembelian berjalan lancar, pembeli juga dapat berkonsultasi dengan agen properti profesional seperti Galaxy Property yang dapat membantu dalam pengecekan legalitas, pemilihan rumah, hingga rekomendasi bank yang sesuai. (Sha/2025)