Di tengah kondisi ekonomi yang menantang, membeli raket padel Prada seharga Rp27 juta mungkin terdengar tidak rasional bagi banyak orang. Namun kenyataannya, hal tersebut mencerminkan realitas baru dalam tren gaya hidup saat ini. Olahraga kini bukan sekadar soal kesehatan fisik, tetapi telah menjadi simbol status, gaya hidup, dan personal branding. Padel, pilates, equestrian, menembak, panahan, hingga gym pribadi, semuanya mencerminkan eskalasi tren olahraga ke ranah eksklusif dan prestisius. Aktivitas fisik kini dikemas secara estetis dan menjadi bagian penting dalam membangun citra diri, khususnya di kalangan masyarakat urban.
Di balik tren olahraga “berkeringat namun tetap estetik” ini, tersimpan potensi bisnis yang sangat signifikan. Semakin tinggi standar dan eksklusivitas gaya hidup yang diusung, semakin besar pula pasar yang bersedia mengeluarkan dana untuk mengikutinya. Sebagai ilustrasi, pembangunan fasilitas Padel Court menjadi salah satu peluang yang menjanjikan. Dengan lahan ±800 m² dan harga tanah sekitar Rp10 juta/m² di Surabaya, investasi lahannya mencapai Rp8 miliar. Dengan tambahan biaya pembangunan dua lapangan dan fasilitas pendukung sebesar Rp3–4 miliar, total modal yang dibutuhkan mencapai Rp11–12 miliar.
Namun, potensi pendapatan yang dihasilkan sangat menarik. Dua lapangan yang disewakan Rp400 ribu per jam dan beroperasi 12 jam per hari mampu menghasilkan Rp9,6 juta per hari. Sehingga pendapat setiap bulan bisa mencapai Rp288 juta per bulan, yang berarti Rp3,4 miliar per tahun. Ini belum termasuk potensi pemasukan tambahan dari kafe, penyewaan raket, turnamen komunitas, hingga space iklan. Dengan strategi yang tepat, return on investment (ROI) dalam 2–3 tahun merupakan proyeksi yang sangat realistis. Bisnis berbasis gaya hidup semakin relevan, terutama saat target pasar memiliki daya beli yang kuat. (Fio/2025)