Kenaikan PPN (Pajak Pertambahan Nilai) menjadi 12% pada sektor tertentu dan lonjakan pajak kendaraan bermotor hingga 66% yang rencananya diberlakukan tahun 2025 dikhawatirkan akan memperberat daya beli masyarakat. Kenaikan PPN tadi tentu akan mendorong kenaikan harga rumah lantaran biaya untuk pembangunan rumah semakin tinggi. Tidak heran ketika akhir tahun ini para developer nasional maupun lokal berlomba-lomba memberikan harga khusus, atau promo khusus untuk konsumen yang akan membeli rumah.
Kondisi Riil Ekonomi Global dan Dalam Negeri
Mengutip laporan Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), pertumbuhan ekonomi global pun diprediksi tumbuh dengan kecepatan sedang, sedikit meningkat menjadi 3,2% pada tahun 2025 karena masih banyaknya tantangan pada sektor penopangnya. Sementara itu laporan World Economic Outlook dari Dana Moneter Internasional (IMF) pada oktober lalu memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025-2029 diperkirakan akan stagnan di angka 5,1%. Kondisi perekonomian dunia ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi para pelaku usaha dalam negeri maupun pengusaha yang selama ini fokus ke eksport komoditas non migas.
Negara berkembang di kawasan Asia diperkirakan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dunia, seperti India dan Vietnam yang mencatatkan peningkatan investasi dan ekspor sehingga menjadi motor pemulihan dunia. Selama 2024 ini ekspor Indonesia banyak ditujukan ke China, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ekspor non-migas Indonesia ke China pada Agustus 2024 mencapai US$ 5,33 miliar atau meningkat dari Juli 2024 yang sebesar US$ 4,83 miliar.
Perusahaan-perusahaan di dalam negeri sendiri juga harus memulai berbenah dengan melakukan efisiensi operasional. Biaya-biaya yang tidak perlu lagi harus dipangkas, namun tetap menghasilkan produk dan layanan yang berkualitas. Sebelum itu tentunya harus melakukan SWOT analisis, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam suatu bisnis. Strategi untuk diversifikasi usaha perlu dilakukan agar punya keunggulan yang kompetitif dalam persaingan global. Hal ini bisa dilakukan dengan melakukan inovasi produk, perbaikan dalam costumer service, dan melakukan pemasaran secara digital.
Peluang Ekspor Terus Terbuka
Pangsa pasar ekspor Indonesia ke India terus terbuka, bahkan saat pandemi Covid lalu tidak terkendala sama sekali. Data dari Kementerian Perdagangan, walupun sempat turun di April 2021 namun secara umum tren ekspor ke India terus meningkat. Ragam komoditas yang diekpor ini terdiri dari rempah-rempah, minyak kelapa sawit, karet, batubara. Untuk karet bahkan India menjadi negara kedua tujuan ekspor setelah China. Kementerian Perdagangan sendiri menargetkan nilai sebesar USD 294,45 miliar dengan pertumbuhan 7,1 persen pada 2025.
Untuk hasil laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) saat ini sedang membuka akses pasar alternatif untuk komoditas udang Indonesia di sejumlah negara, baik di kawasan Asia seperti China, Afrika maupun Eropa. KKP mendorong eksportir udang di pasar alternatif ini agar tidak tergantung dengan pasar Amerika Serikat, di sela-sela upaya pemerintah menyelesaikan persoalan anti dumping dan countervailing duties (CVD). (AT/2024)
*disarikan dari segala sumber